Journal of Monica

Showing posts with label Travel Journal. Show all posts

Naik Kereta Api Tujuan Jakarta-Jogja Cuma 6 Jam! - Journey of The Week Rsjournal

Lelah membakar duit di Kota Jakarta selama kurang lebih 5 hari, saatnya saya menuju perhentian selanjutnya yaitu Yogyakarta.

Oh iya, petualangan Dari Timika - Jakarta via Maskapai Batik Air bisa dicek disini yaa👇🏻

Penerbangan Timika - Jakarta dengan Batik Air Ditengah Pandemi

Awalnya agar cepat dan tidak memakan waktu liburan, saya merencanakan untuk naik pesawat. Namun ternyata banyak sekali pertimbangan yang akhirnya membuat saya memutuskan untuk naik kereta api saja. Pertimbangannya antara lain:

Daerah tempat saya tinggal yaitu kos teman saya terletak di Mangga Besar, jadi akan lebih cepat ke Stasiun daripada harus ke Bandara naik Grab.
Bandara Jogja yang sekarang sudah pindah ke Kulon Progo. Sejujurnya point ke dua ini yang paling bikin saya agak malas pulang/pergi naik pesawat ke/dari Jogja karena bandaranya jauh sekali. Bisa sih naik kereta, tapi tetap saja untuk beradaptasi agak sulit. Saya juga pernah mereview Kereta Api Bandara YIA, bisa cek disini ya➡️ Kereta Api Yogyakarta International Airport
Harga tiket naik kereta api jauh lebih murah daripada Naik Pesawat. Naik pesawat tanggal segini rate sekitar 700ribuan belum termasuk grab ke bandara dan swab tes, sedangkan naik kereta cuma 400ribu eksekutif, sudah termasuk Antigen Swab dari Traveloka. Ke Stasiun Gambir dari tempat saya paling cuma 20 ribu naik grab.
Sekarang Jakarta - Jogja cuma 6 jam!!!! Iya, 6 jam😭😭😭😭

Jujur untuk point ke 4, saya baru tau banget sekarang. Dulu terakhir awal 2020, saya naik kereta Jakarta-Jogja Eksekutif paling cepat 13 jam naik Mutiara Selatan lewat Gambir. Sekarang cuma perlu 6 jam saja. Bahkan jika dihitung-hitung dengan jarak tempuh saya naik pesawat ke bandara Soekarno Hatta dan dari YIA ke Kota Jogja, belum lagi macet, waktu checkin min 90 menit dan delay nya, mungkin estimasi bakalan sama ya kurang lebihnya😅.

Akhirnya here we go, saya membeli tiket TAKSAKA 82 dari Gambir ke Stasiun Tugu Jogja. Harga 435,000 Sudah termasuk Swab Test di Labklin Klinik Kimia Farma Cikini. Untuk Swab optional ya dan terdapat beberapa pilihan tempat mau tes antigen dimana. Untuk harga tiket tanpa Swab test mungkin sekitar 370ribuan ya, tergantung pesannya kapan.

***

Perjalanan saya dimulai jam 7 pagi dinihari. Kereta berangkat pukul 9.10 WIB, namun karena saya masih harus menerawang tempat ini, akhirnya saya cus dari kos teman jam 7 pagi naik grab.

Cari sarapan enaknya dimana?

Sesampainya di Stasiun Gambir, karena masih 2 jam lagi saya memutuskan untuk cari sarapan di daerah stasiun. Satu-satunya tempat yang familiar dan affordable untuk saya adalah: Mcdonald. Akhirnya saya memutuskan untung nongkrong dan sarapan disitu, sekalian menunggu beberapa saat sampai setidaknya jam 8 lewat.

Nasi uduk Mcd, lumayan lah 30 ribu sudah sama hot tea😣

Pertama kalinya mencoba menu breakfast Nasi uduknya Mcd, ternyata not bad lah ya. Isinya nasi uduk, suiran ayam, telur ceplok dan bawang goreng serta sambal special nasi uduk. Enak sih enak untuk level restoran fastfood begini. Minusnya, sambal nasi uduknya tidak breakfast friendly alias pedes banget saya takut sakit perut nanti ditengah perjalanan. Tapi yasudahlah ya karena saya pecinta sambal sejati + nggak mau rugi orangnya, akhirnya sarapan pagi ini habis tak bersisa. 8/10 untuk sarapannya🤗

Karna sudah bosan duduk di McD dan tempat duduk saya juga diambil secara paksa oleh ibu-ibu (mengsad😄) akhirnya saya memutuskan untuk masuk ke ruang tunggu. Sedihnya sistem kereta api ini entah kenapa belum bisa paperless, tetep aja saya diharuskan print tiket untuk bisa masuk ruang tunggu, padahal di app Traveloka nya sudah ada barcode dan kode book juga.

Sesampainya di peron Kereta api, saya masih harus menunggu kurang lebih 45 menit sambil menyeruput teh panas dari McD yang tak kunjung dingin. Walaupun bukan musim libur, keadaan di stasiun kereta api ini bahkan dari pagi pun sangat ramai. Jujur, berdiri sambil menunggu dikeramaian orang itu sungguh tidak enak, terutama karena barang saya banyak.

Menunggu itu tidak menyenangkan kawan, apalagi nunggu sambil berdiri😆

Oh iya, kalau kalian naik kereta dengan barang bawaan banyak, please pakai porter yah😞 Sedih banget lihat bapak porter pas dikasih duit 25ribu aja udah seneng banget :( kata bapaknya job nya lagi menurun, soalnya jaman sekarang orang pada kuat-kuat dan mandiri, ga butuh porter lagi. Sedih banget lihatnya, jadi kalau bisa jangan lupa bagi-bagi rejeki dengan cara pakai jasa mereka.

Lanjut, akhirnya masuk kereta. Saya duduk disebelah kiri dekat jendela, dan di gerbon saya setiap deret terisi namun tidak full. Satu bagian kursi saya tidak terisi, akhirnya saya memonopoli semua bagian tersebut. Seneng banget lah, apalagi sedang pandemi, sebisa mungkin jaga jarak dengan orang-orang di sekitar kita ya.

Kereta Api Taksaka 82. Untuk tempat duduk sudah oke, lumayan empuk dan bisa di adjust juga. Menurut saya lumayan luas karena saya tidak harus meletakan koper diatas untuk mendapatkan tempat yang spacious. Disini juga tersedia colokan aktif untuk ngecas hp/laptop, dan tersedia juga meja lipat disamping kursi untuk makan atau meletakan laptop/barang lainnya. Jadi buat yang mau sekalian wfh ala-ala di kereta juga bisa, atau hanya sekedar main hp atau nonton film di laptop. Suhu juga adem, enak buat tidur siang dan mengisi tenaga. Menurut saya, Kereta Api Taksaka 82 dengan harga 350-ribuan untuk waktu tempuh kurang lebih 6 jam sudah sangat worth it dan bahkan lebih dari cukup, mempertimbangkan dari segi kenyamanan, kerapihan, dan kebersihan kereta.

Tempat duduk lumayan luas untuk koper dan 2 tas

Toilenya juga lumayan gede dan bersih bangettt loh. Jujur kaget juga karena toiletnya lumayan luas dan bisa buat foto-foto😆 Boleh lah ya, jadi bahan pertimbangan kalau mau ke Jogja dari Jakarta naik kereta.

See you Jakartaa👋🏻

Mirror selfie di Toilet keretu cuz why not💋

Rs2022.

Penerbangan Timika - Jakarta Dengan Batik Air Ditengah Pandemi | Journey of The Week

Sebenarnya, trip kali ini sungguh dadakan dan diluar rencana. Sempat takut karena situasi pandemi seperti ini, tapi karena memang ada urusan dan tidak bisa ditunda, akhirnya perjalanan ditengah pandemi saya dimulai.

Tujuan akhir saya adalah Jakarta. Saya terbang dari Bandar Udara Mozes Kilangin International Airport Timika, Papua pukul 15.25 WIT, transit di Bandar Udara Sultan Hasanuddin, Makassar selama kurang lebih 1 jam dan terbang lagi ke Jakarta menggunakan pesawat Batik dan estimasi waktu sampai sekitar pukul 22.30 WIT, atau jam 8 Malam waktu Jakarta.

So here's the route: Tim - Mks - Jkt, dan perjalanan memakan waktu kurang lebih 7 jam.

Waktu itu saya dapat harga tiket yang lumayan murah, sekitar IDR 2,200,000 saja Via Traveloka menggunakan Maskapai Batik. Batik merupakan salah satu maskapai favorite saya karena jarang delay. Kalaupun delay, paling tidak kurang dari sejam.

Mayannn dikasih makan😆

Oh iya, Penerbangan Via Batik juga dikasih makan loh surprisingly. Padahal saya kira bakalan starve to death sampai tiba di Bandara Makassar. Lumayan lah, untuk mengganjal perut, sebelumnya saat naik maskapai lain gak dikasih soalnya🥺. Makanannya juga masih panas, walaupun sebenarnya rada ngeri-ngeri gitu makan pas pandemi😣

Selain itu, yang buat saya memilih naik pesawat Batik adalah karena maskapai ini memiliki banyak rute, tidak seperti beberapa maskapai lain yang rutenya hanya di beberapa bandara saja. Lalu juga Batik menyediakan hiburan yang bisa diakses secara online untuk para penumpang, sehingga perjalanan kurang lebih 7 jam disini tidak akan begitu membosankan. Jangan lupa download Aplikasi TRIPPER sebelum terbang bersama Maskapai Batik yaa, karena wifi dan akses internet hanya bisa dibuka menggunakan aplikasi Tripper.

Syarat dan Ketentuan Bepergian Menggunakan Pesawat:

Karena sudah ada peraturan baru, jadi untuk saya yang sudah vaksin 2x (dosis 1 dan 2) hanya perlu melampirkan bukti tes Antigen 1x24 jam. Lumanyan menghemat budget sih, saya tidak harus PCR yang harganya di tempat saya waktu itu sekitar 500ribuan. Untuk yang belum vaksin dosis 1 dan dosis 2 masih harus pakai PCR ya teman-teman. Tapi asiknya tes PCR sendiri berlaku 3x24 jam, jadi cocok untuk yang sedang melakukan perjalanan jauh, jadi tidak usah tes berulang-ulang.

Selain Bukti hasil tes Antigen, Aplikasi Peduli Lindungi juga wajib ada di Hp untuk scan lokasi dan input EHAC. Walaupun memang sedikit ribet terutama untuk orang tua yang belum terlalu paham soal teknologi, menurut saya langkah-langkah seperti ini sangat membantu pemerintah juga untuk mentracking pergerakan kita, terutama yang memiliki mobilitas yang tinggi.

Lalu pastikan teman-teman (passanger) harus dalam keadaan sehat dan fit, lalu menggunakan masker kn95 atau paling tidak masker medis yang dilapis 2x.

Untuk syarat dan ketentuan hanya ini saja ya guys. Lumayan simple bukan? inilah mengapa di Bandara sangat-sangat ramai, tidak terlihat seperti dunia sedang pandemi. Kita tidak bisa menyalahkan pemerintah seutuhnya, karena mau tidak mau kita harus hidup secara berdampingan dengan pandemi dan menerima kenyataan bahwa dunia sedang tidak baik-baik saja. Yang perlu dilakukan adalah kesadaran diri masing-masing untuk menaati protokol kesehatan, rajin cuci tangan, kurangi mobilitas, dan hindari keramaian.

Hujan saat sampai di Makassar :(

Untuk penerbangan saya, di Bandara Sultan Hasanuddin Makassar saya transit selama kurang lebih 1 jam di bandara. Jujur saya agak takut masuk bandara ini karena bandara ini menjadi salah satu bandara terpadat di Indonesia. Benar saja, waktu saya mulai memasuki bandara, suasana sangat-sangat ramai dan orang-orang dimana-mana; menunggu kedatangan pesawat di ruang tunggu. Yang paling terasa adalah suhu ruangan yang terasa sangat panas, mungkin karena air conditioner nya sengajaja dinaikan agar virus tidak gampang berkembang biak? (cmiiw)

Transit di Sultan Hasanuddin Makassar

Selain padat, di tiket saya juga tidak tertera ruang tunggu dan pintu boarding pass selanjutnya. Anehnya, pengumuman penerbangan juga tidak semua dipajang di monitor dan tidak ada suara mbak-mbak yang biasanya memberikan pengumuman. Petugas yang berjaga juga kelihatan sibuk dan tidak tahu banyak soal penerbangan, alhasil saya dilempar kiri-kanan tanpa kepastian. Untungnya karena sudah capek bertanya, akhirnya saya menelusuri gate satu-satu dan menanyakan nya di tiap petugas yang jaga dan akhirnya dapat juga. Anehnya, saat itu ternyata sudah selesai cek boarding pass dan tinggal terbang. Sekali lagi, tidak ada pengumuman. Hampir saja saya ketinggalan pesawat dan menikmati hidup baru di Makassar.... *hehhe*

Akhirnya masuk pesawat juga, last banget tbl tbl tbl

Akhir dari perjalanan, saya tutup dengan kehebohan rombongan dibelakang saya, yang ternyata masih kurang satu orang sedangkan pesawat sudah take off. Kenapa bisa terjadi? karena nyasar juga dong. Siapa yang tau gate mana pesawatnya terbang kalau petugasnya tidak ada yang bisa ditanya dan suara pengumuman juga tidak ada? Apalagi beliau yang ketinggalan ini katanya sudah sepuh dan agak gaptek. Saya cuma bisa elus dada mendengarnya. Untungnya saya sampai di Bandar Udara Soekarno Hatta dengan selamat dan tepat waktu, dan langsung cus nyari grab.

Bye Makassar, I'm coming Jekardahhhh💕

What a day! Akhirnya bisa istirahat di Jakarta selama beberapa saat sebelum melanjutkan perjalanan ke Jogjah tercinta. Lumayan mendebarkan, tapi tentu saja asik!😆

Bonus jendela selfie saya💋

Rs2022.

All Right Reserves.

It took so long for me to finish this part, but this is the next story of our experience when we were coming back to Indonesia. If you haven't read it yet, you may take a peak here -

First Time Sewa Apartemen di Nanjing, China - Journey of The Week (Written in Indonesia)

Back to Indonesia 🇲🇨 - Journey Of The Week

As a stupid-young-and poor teenagers, due to our lack of experience it was kinda hard for us to explore more in Thailand's airport. 6 hours seems quite a long time. Too bad we are running out of money and energy🤣 that's why in this story, we didn't do much thing as it is expected. And also take a note that in this story, we were:

Running out of money. Where did our money go? we already paid almost RMB 10,000 (20+ mio Rupiah) to rent apartment for winter-spring holiday (approx 2 months) but due to pandemic we have to come back to Indonesia and the rent money cannot be refunded. We cant even enjoy the apartment. What a bad luck huh?
As this flight back to Indonesia thing was planned in a very sudden manner, we have no preparation. We did not even have a proper packing which is bad because i didn't bring my laptop.
And yes, we have no energy because we have to move all of our belongings from apartment to our dormitory which took us almost 8 hours before the flight. But still, thank God i have Ali and Frans that flight together with me. So no issues.

As soon as we were arriving in Don Mueang Airport which was our first landing, we checked out again and took all of our belongings, and required to wait for another 6 hours for our next flight to Indonesia.

It was around 2AM in Thailand but still VERY CROWDED. We were hungry, but all we had was only RMB and Rupiah.

Luckily for us, i still have 50 dollar Singapore in my pocket from the last flight i came to Nanjing, and it is quite a lot if we convert it to Thailan Baht. So we exchanged it to Thailand currency and we are ready for the food cullinary at Don Mueang. Here we comeee babyyy🔥

TOO BAD, we just remembered that it was around 2 AM in the morning, and most of restaurant are already closed *crying in 3 diff language😭*. So it means that we gotta wait for 2 hours till McDonald and Subways open again.

What did we do for 2 hours?

Watching movies, strolling instagram, thinking about the viruses, laughing, and do crazy stuffs. It was a bit boring, but we were so excited because we are coming back to Indonesia..

Finally SUBWAY was open at 3.30 AM😭 i was craving for something to eat, but you know what?????? the MEAT wasn't ready at 3.30 AM!! So what am i supposed to eat at Subway? scrambled eggs and fresh lettuces only? :(

I decided to wait for some times, to see whether the meat is ready or not.

Too bad for SUBWAY, McDonald suddenly opened and they got all the breakfast menu ready to serve... so bye subway, you lost 3 potential customer from Indonesia that have 50 Singapore dollar in their hands right now... haha just kidding, subway. No hard feeling, okay?

Yeah tbh it wasn't that amazing eating at 4 AM in the morning. Our mouths somehow felt bitter, but since our stomachs were dying for food, let's just appreciate how the 4 AM burger and hash brown lookin good at the time.

We chill a bit there, talking about things and noticed some things to:

- The awareness about pandemic is still low

- Not so many people were using masks (especially locals)

- Foreigners from China can go whenever they want in the airport, no restrictions

This is the thing that kinda freak us out😢 but luckily everything were under control.

That's all about my journey in Airport (which is somehow unimportant 🤣🤣) but i do really want to share about this, as my investment of memories. Anyway if you're still here, thank you for reading and have a nice day <3

Rs2021.

Lukou International Airport, Nanjing

(Note: This post is the next story about my apartment Rent Adventure in Nanjing)
👇🏻
First Time Sewa Apartemen di Nanjing, China - Journey of The Week
Happy reading😻

After a long consideration between returning to Indonesia or staying in Nanjing, finally me and the two of my friends decided to immediately return to Indonesia. There were many considerations that made us agree to go home soon:

The virus has spread more and more, we are afraid that if we don't return soon, we will not be allowed to return to Indonesia over time
Issue that flights from China will soon be canceled in several countries such as Singapore and Thailand
Issue that China will soon lockdown their country (No flight allowed)
Our Class schedule postponed
Ticket prices are getting more expensive day by day.

Finally we bought tickets for the night flight on January 28, estimated 18 hours trip using Thai Lion airline. Stop-over point at Thailand for 12 hours, of course.

At that time the ticket price we got was RMB 2,210 (about 4.5 million rupiah) without luggage, only a 7kg cabin. It's really expensive for an economy class flight, because normal ticket for Nanjing - Jakarta is usually only in the price range of 2 million to a max of 3 million. But for the sake of our mutual safety, a little loss isn't really a matter as long as it's safe.

At 18.00 PM Nanjing time, my friends and I started on the way to the airport, Lukou International Airport, Nanjing. Our flight will be at 12.00 AM, but because the airport is far away from our apartment and we don't know much about the current departure system, we finally decided to leave as soon as possible.

Everyone is wearing mask at the airport. The mask we use is N90, a respiratory mask. At the entrance we were checked using a thermal gun. At that time I was in good health, but because of my paranoia I was very nervous, afraid that my body temperature would suddenly rise and I couldn't enter the airport, that's just what it was :(

Safety first, tidak hanya pakai masker, adik-adik ini juga pakai sarung tangan lho 😅

After waiting for few hours, we finally checked in. Surprisingly, there are so many Indonesians😆. We thought it was just the three of us leaving at the time. It turned out to be a lot and not just us. Students from other university also flocked to their hometowns. At that time, my two friends and I were immediately happy because we had lots of friends, so we weren't afraid to get lost and just followed where they went.

Health Quarantine

Tbh, I'm a little scared and nervous because I'm traveling long distances, the transit in Thailand is also quite long, especially since we're from China. Fear of being labeled as carrying a disease or whatever they are called. That's why my friends and I were so routinely spraying hand sanitizer, every time after holding something, we spray spray spray here and there. Huh this is what we called paranoid, right?

At Nanjing airport, we went through several stages of checking. Thermal tests several times and a statement letter that we had never traveled to Wuhan in the near time, then later the letter was handed over to the Health Quarantine section. When you successfully pass the health quarantine, it means that you are safe and you are allowed to depart.

Praise God, we got the flight that transited in Bangkok only about 12 hours. Some of our friends got transit up to 20 hours🤯 . Fear will still arise because this is the first time this virus appears so we still don't understand how it spreads. But grateful that we were able to arrive in Indonesia safely. Thanks God💋.

Actually, if you think about it, the protocols carried out in China, Thailand and several countries in Southeast Asia are the safest, everyone is required to wear a mask, maintain cleanliness, use hand sanitizer and not allowed to touch things carelessly. Simple things that are trivial right?

This is one of the reasons why the spread of the virus in China can quickly recover, because they are very attentive to health protocols and do not ignore government advice.

Maybe Indonesia should learn more from countries that have succeeded in reducing the spread of the virus, considering that currently Indonesia is the number 1 country in Southeast Asia with the highest number of patients infected with the corona virus, which has reached 40 thousand more infected patients. Get well soon, my Indonesia, I hope that people who are still joking and wandering incoherently here and there and ignoring the protocols in this pandemic situation can immediately open their eyes so that they could immediately stop their ridiculous behavior.

Rs2020